Kita dan Mindset Menjadi PNS

http://www.123rf.com/photo_10115555_farm-house-farmer-and-businessman-in-front.html
http://www.123rf.com/photo_10115555_farm-house-farmer-and-businessman-in-front.html

Beberapa waktu yang lalu, Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa menyatakan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih terlalu sedikit. Idealnya, jumlah minimal pengusaha di suatu negara adalah dua persen dari total penduduk. Kondisi saat ini, jumlah pengusaha di Indonesia hanya satu persen saja.1)

Pernyataan Hatta Rajasa itu diamini oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar. Muhaimin bahkan menggunakan data yang berlainan lagi. Katanya, jumlah pengusaha di Indonesia masih di bawah satu persen.2) Entahlah data siapa yang lebih valid. Yang pasti, kenyataan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih terlalu sedikit, sangat saya sepakati, terlepas dari berapa pastinya jumlah pengusaha itu. Sedikitnya jumlah pengusaha itu, turut menjadi sebab mengapa masih begitu banyak pengangguran di negara kita. Negara-negara maju seperti Singapura dan Jepang memiliki jumlah pengusaha cukup banyak, masing-masing dengan tujuh dan sepuluh persen. Amerika Serikat bahkan lebih banyak lagi dengan dua belas persen.3)

Berkebalikan dengan itu semua, minat masyarakat untuk menjadi PNS masih begitu tinggi. PNS dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang menjanjikan, menenangkan, dan mengamankan. Hal ini, dapat kita jumpai tatkala kepala desa dari seluruh penjuru tanah air melakukan demonstrasi di Jakarta beberapa waktu yang lalu. Mereka menuntut untuk diangkat menjadi PNS. Padahal, selama ini para kepala desa itu sudah mendapat fasilitas tanah bengkok yang begitu luas, belum lagi honor-honor lain dari pemerintah.

Melihat kondisi itu, saya berpendapat bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih berkutat pada mindset lama mereka, yakni keinginan untuk menjadi PNS. Dalam lingkup keluarga, misalnya, sering kita jumpai bagaimana orang tua mendoktrin anaknya untuk menjadi seorang PNS, atau jika gagal menjadi PNS, sang anak diharapkan dapat bekerja di sebuah perusahaan swasta. Intinya, sang anak harus menjadi sosok pekerja, bukan pengusaha. Pilihan pertama adalah PNS, kedua adalah bekerja di sebuah perusahaan.

Saya pun mendapati perlakuan yang sama dari orang tua. Sejak kecil, orang tua seringkali menanamkan pandangan mereka kepada saya agar menjadi seorang PNS. PNS itu enak, PNS itu terhormat, PNS itu terjamin hidupnya, begitu ringkasnya. Dan, pada akhirnya, saya pun benar-benar menjadi PNS. Beberapa kawan saya yang telah nyaman bekerja di sebuah perusahaan swasta, bahkan masih berharap kelak akan menjadi PNS.

Sementara itu, di sekolah-sekolah, anak-anak biasa dijejali dengan pendidikan-pendidikan yang berorientasi pada how to work, bukan how to create a work. Dari semua mata pelajaran yang diajarkan, hanya sedikit yang berorientasi pada kreativitas dan inovasi peserta didik. Yang ada hanyalah pendidikan berorientasi buku yang lebih banyak mengajarkan mengenai teori. Sedang gap antara teori dengan praktik dan kegiatan-kegiatan yang mengasah kreativitas dan inovasi peserta didik, masih terlalu jauh.

Di luar itu semua, tatkala pemerintah membuka penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), ada puluhan (atau mungkin ratusan) ribu anak bangsa yang mencoba peruntungannya. Lulusan-lulusan perguruan tinggi beken, dengan berbagai macam jurusan favorit, ramai-ramai mendaftarkan dirinya untuk menjadi pelayan masyarakat. Mereka itu berkeinginan untuk bekerja di instansi-instansi pemerintah. Sementara yang mencoba menggeluti dunia usaha, hanya beberapa persen saja.

Sesungguhnya, adalah tidak sepenuhnya benar pandangan yang menyatakan bahwa menjadi PNS itu serba enak, serba santai, serba nyaman, dan serba terjamin. Tergantung dari mana kita mau memandangnya. Jika Anda orang-orang yang bertipe santai dan nyaman dengan rutinitas yang sama setiap harinya, yang begitu betah duduk di atas kursi Anda, dan yang manut dengan kemauan atasan, berarti Anda memang cocok untuk menjadi PNS. Sebaliknya, jika Anda adalah seorang yang bertipe petualang, kreatif, tidak suka diperintah atau didoktrin atasan, dan gampang bosan dengan rutinitas, saya sarankan agar Anda tidak menjadi seorang PNS. Ide-ide kreatif Anda seputar hidup dan keinginan mengembangkan diri, bisa saja terpenjara dalam sel bernama birokrasi dan budaya kerja. Terserah, Anda mau memilih yang mana.

Saat ini, saya sudah terlanjur menjadi PNS. Ketika berbincang dengan rekan-rekan saya sesama PNS, kami sering membayangkan betapa enak dan nyamannya menjadi seorang wirausahawan (pengusaha). Sampai-sampai, terkadang muncul dalam pikiran kami untuk resign dari PNS dan memulai sebuah usaha.

Seorang pengusaha akan hidup dengan penuh kreativitas, independensi, bebas melakukan usaha apapun, kapanpun, dan dimanapun, tak terikat waktu, dan yang paling penting, tidak menjadi kacungnya bos (atasan). Seorang pengusaha bisa mengeluarkan semua ide dan unek-uneknya, tidak seperti PNS yang seringkali tersetir oleh kemauan atasan dan aturan-aturan yang mengikat.

Berbicara tentang pengusaha, saya mempunyai kenalan seorang pengusaha sukses di kampung. Sebut saja namanya Pak Kuwat. Pak Kuwat, sebagaimana namanya, memang begitu kuat dan teguh pendiriannya. Ini berbeda dengan saya yang memiliki nama Teguh, tapi hingga kini belum memiliki pendirian yang juga teguh. Pak Kuwat dikenal sebagai pengusaha yang paling sukses di desa saya. Padahal, dahulu ia bukan berasal dari keluarga yang kaya.

Pak Kuwat memulai usahanya dengan menjadi pengepul kayu. Di desa, sebagian besar penduduk memang memiliki lahan pertanian yang luas. Di atas lahan pertanian itu, ditanami berbagai macam tanaman musiman maupun tanaman tahunan. Terhadap tanaman musiman, masyarakat biasa menjualnya di pasar tradisional, tujuh kilometer jauhnya dari desa. Sementara tanaman tahunan (yang terdiri atas tanaman keras semisal sengon, jati, dan mahoni) dijual kepada perusahaan penyedia balok-balok kayu yang letaknya jauh dari kampung penduduk. Pak Kuwat melihat peluang itu. Ia lantas terjun ke lapangan, menjadi pengepul berbagai hasil pertanian penduduk.

Oleh karena sektor kayu-kayu keras yang paling memberikan keuntungan, Pak Kuwat akhirnya lebih terfokus pada kayu-kayu keras itu sebagai objek usaha. Istrinya tak mau kalah, ia juga turut terjun ke masyarakat, menjadi pengepul buah pisang dari penduduk. Kini, istrinya itu menjadi pemasok utama buah pisang di beberapa pasar tradisional.

Usaha Pak Kuwat dan istrinya semakin meningkat saja. Keduanya bahkan turut aktif menjadi petani. Ia membeli beberapa hektare tanah pertanian, kemudian menanaminya dengan berbagai tanaman berdaya jual tinggi. Disamping itu, ia juga membuka sebuah usaha baru, yakni peternakan ayam pedaging maupun petelur. Hasilnya juga sangat besar. Usaha Pak Kuwat dan istrinya pun menjadi semakin maju saja. Tidak berlebihan kiranya jika saya menganggap bahwa beliau dan istrinya adalah orang yang paling sukses di desa. Khusus di dusun saya, Pak Kuwat dan istrinya adalah dua dari tiga orang yang telah berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji.

Anak Pak Kuwat, sebut saja namanya dengan Wahyu. Kini ia menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Semarang. Ia mengambil jurusan ilmu manajemen. Saya pikir, ia kelak akan meneruskan usaha bapaknya, menjadi pengusaha desa.

Lebaran lalu, Pak Kuwat bersama anaknya berkunjung ke rumah saya, kebetulan saat itu saya pun tengah berada di dalam rumah. Kesempatan bagi saya untuk berbincang-bincang seputar usaha. Siapa tahu saya bisa belajar dari pengalaman Pak Kuwat dalam memulai sebuah usaha.

Setelah mengobrol basa-basi ngalor-ngidul, sampailah topik obrolan kami mengenai usaha Pak Kuwat. Jujur saja, saya sangat terinspirasi dengan kesuksesan Pak Kuwat dalam menjadi pengusaha desa itu. Dan, saya tahu bahwa usahanya itu semakin mentereng saja.

Saya tanyakan kepada beliau, “Pak Kuwat, kelak kalau Wahyu sudah lulus dari kuliah, pasti usaha Bapak akan lebih maju lagi. Ilmu Wahyu semasa kuliah bisa langsung diterapkan dalam usaha Bapak.”

Anehnya, jawaban Pak Kuwat ternyata tidak sesuai dengan apa yang saya duga. Pak Kuwat justru memberikan jawaban yang bertolak belakang dengan apa yang ada dalam pikiran saya.

“Ah, jangan. Saya tidak ingin Wahyu mengikuti jejak saya yang hidup begitu susah. Tiap hari saya mesti berpanas-panasan ke berbagai tempat, kaki saya mesti berkotor-kotoran di lahan pertanian. Usaha seperti itu bikin capek. Kasihan jika Wahyu kelak seperti saya. Enakan kamu. Kamu bisa kerja di gedung bertingkat, tak harus berpanas-panasan seperti saya. Kulit kamu bisa bersih, jauh dari nuansa hitam dan kotor seperti saya.”

“Lho, bukannya enakan Bapak? Bapak bisa bebas kemana-mana tanpa ada yang mengatur Bapak. Bapak bisa melakukan apapun dan kapanpun.”

“Iya, kalau saya tidak begitu, bagaimana saya bisa mendapatkan uang? Kamu, nggak perlu kemana-mana, cukup diam di kantor saja sudah mendapat uang. Ya enakan kamu lah.”

Saya tentu tak ingin berdebat panjang dengan Pak Kuwat.  Dan, tentu saja bukan sesuatu yang etis jika saya harus membuka apa yang selama ini saya rasakan dan saya angankan di depan Pak Kuwat dan anaknya.

Perhatian saya segera berpindah kepada anak Pak Kuwat, Wahyu. Saya meminta pandangan Wahyu mengenai apa yang menjadi cita-citanya.

Wahyu pun langsung memberikan jawaban tegas. “Bapak selalu meminta saya untuk menjadi PNS. PNS itu enak, terjamin hidupnya, bersih penampilannya. Bapak kan sudah membiayai sekolah dan kuliah saya. Kalu dihitung, barangkali ada puluhan juta yang sudah habis untuk biaya. Masak, kelak saya cuma menjadi petani, atau peternak ayam. Rugi dong bapak saya kalau begitu.”

Mendengar jawaban Wahyu, kepala saya mengangguk, namun hati saya sebenarnya menggeleng. Kalau saya lihat, Wahyu memang tidak pernah terlibat dalam usaha keluarganya. Ia jarang mengikuti bapaknya ke ladang dan sawahnya, apalagi berada di kandang ayam bapaknya yang semakin luas saja. Fakta ini tentu sejalan dengan pernyataan Wahyu yang baru saja saya dengar.

Saya cukup heran, mengapa Wahyu tidak ingin menerapkan ilmunya dalam usaha bapaknya itu. Bisa jadi, dengan pengetahuan dan pengalaman modern yang ia terima di perguruan tinggi, usaha bapaknya itu kelak akan semakin maju. Minimal, dia bisa memberikan masukan kepada bapaknya mengenai suatu ide dan teknik pengelolaan usaha yang lebih rapi. Namun, nyatanya Wahyu tak melihat itu. Mindset yang telah tertanam di dalam hatinya adalah PNS. Dan, Pak Kuwat sendiri telah turut andil menanamkan mindset itu kepada anaknya. Ini tentu dilanjutkan dengan pola pendidikan yang Wahyu peroleh dari sekolah-sekolah. Wahyu pun lebih suka menjadi sosok pekerja daripada sosok yang mampu menciptakan pekerjaan.

Saya yang seorang PNS memimpikan betapa enaknya menjadi pengusaha, Pak Kuwat yang adalah seorang pengusaha memimpikan betapa enaknya menjadi seorang PNS.

Ah, barangkali benar, rumput tetangga selalu lebih hijau.

*****

Catatan Kaki:

1)     Hatta: Indonesia Defisit Pengusaha, Cuma 1% dari Total Penduduk, finance.detik.com, 14 Oktober 2012.

2)     Idealnya Jumlah Wirausaha di Indonesia 4,76 Jt Orang, okezone.com 13 Oktober 2012.

3)     Menkop: Jumlah Wirausahawan RI Kalah Jauh, vivanews.com 8 Juni 2012.

Baca Juga:

82 respons untuk ‘Kita dan Mindset Menjadi PNS

  1. nice post.. begitu juga saya, dijejali dengan mindset jadi PNS yang enak, terhormat dan terjamin 😀 tapi saya belum tau berujung kemana, yang jelas, saya masih menikmati pekerjaan saya sebagi web programmer ini 😀 emm,, ya, walaupun dari keluarga juga tetap inginnya saya jadi PNS, makanya saya masih diharuskan lanjut kuliah lagi.. Katanya jadi PNS itu enak, terlabih buat saya ini, kan perempuan, jadi tidak perlu masuk kerja 8 to 4 + saturday 8 to 1 gini… 😀 Lihat waktu yang akan menunjukkan jawaban, Tuhan mengarahkan saya kemana :))
    Btw, nice post mas, saya juga setuju 🙂 Enakan jadi pengusaha 😀 Bebas kemana-mana 😀

    • terima ksh.
      Btw, saya sebenarnya sngat tertarik dgn dunia programming, sempet belajar otodidak cm blm cukup ada waktu luang.
      Saran saya, nikmatin aja pekerjaan itu. Biar ngalir aja, sembari menanti petunjuk Yang Maha Kuasa. 😀

    • menjadi PNS ? pertimbangkan :
      PNS tidak boleh kaya.. KPK siap bertindak.

      peminat PNS berpikiran bahwa Masa Tuanya akan aman karena ada gaji pensiun… padahal belum tentu juga…

      • Betul Mas. Penghasilan PNS itu paling gampang diukur. Jadi jika ada yg main2, KPK dan PPATK akan mudah mendeteksi. (Meski juga masih banyak yg berani bermain2)
        Hehe. Salam 😀

  2. Kalau saya sih jujur masih di wilayah abu-abu. Menurut saya yang penting itu bukan jadi pekerja atau pencipta lapangan kerja. Tapi kontribusi kita. Selama kita berkontribusi mau jadi apapun kita (pengusaha, pns, pekerja swasta) gak masalah.

    Dan di sinilah saya, seorang cpns yang masih meraba-raba. Untuk saat ini sih lebih baik disyukuri saja..ehe

    • yg dimaksud kontribusi buat negara kan? kalau itu, tentu saya sepakati. 😀

      Seorang PNS adalah kepanjangan tangan dari pemerintah. Mereka adalah eksekutor utama program2 pembangunan. Sebaik apapun program pembangunan, tak akan berarti apa2 bagi kesejahteraan rakyat jika dilakukan oleh PNS2 yg tdk amanah.
      #Begitu kata pak menteri.

      Btw, saya yg udah diangkat jd PNS, sampai 9 bulan ini juga masih meraba2 kok. 😀

      • salam kenal mas teguh. Saya sangat menyukai tulisan mas, sangat menarik. Kebetulan saya juga pns. Kalau menurut saya sih kita bisa kok mencari sambilan, namanya juga PNS, Pegawai Nyambi Swasta wkwkwkwk….

      • salam kenal juga mas.
        sbnarnya saya jg lg mulai nyambi mas. biar gak jenuh, tiap hari mesti di dpn komputers. makanya, saya geram ketika seorang pejabat (menteri) menyatakan bahwa PNS dilarang membuat usaha (meski kemudian pernyataan itu diralat).

        terima ksh sudah mampir, Mas. Saya jd dpt singkatan baru: Pegawai Nyambi Swasta 😀

  3. Sebenarnya balik ke kita masing masing, pengusaha dituntut untuk selalu kreatif. Karena selalu menjaga stabilitas perusahaannya, apa lagi kalo sudah menyangku cash flow. PNS enak kerjanya, tapi pendapatannya juga seadaanya. Kalo dah gitu banyak kebutuhan yang pake dikreditin. Kesimpulannya sama2 mulia, pengusaha dapat menciptakan pekerjaan, pns adalah pengabdi negara.

    • Wenaknya…. gaji seadanya dari hongkong. dengan adanya program remunerasi maka setiap PNS yang bergolongan rendah sekalipun akan mendapatkan tambahan gaji 200an%. Yup….brarti gaji mereka 3 kali lipat dr sekarang.

      mungkin memang harga yg harus dibayar atas kerja jam 7.30. s/d 4.30 plus musti absen jempol,. Biarpun setelah cap jempol mreka ngeloyor entah kemana dan dateng lg sore untuk cap jempol pulang.

      yang bnerbner kerja cm 30% yang lainnya cm kongkowkongkow sambil ngrokok.

      • Terima kasih Mas Cukat atas kritiknya yg mengena. Mudah2an 70% tipe PNS kongkowkongkow sbgmana yg Mas amati itu membaca komentar Mas. Dan, saya mengakui, memang tipe PNS seperti itu ada dan banyak jumlahnya. 😀

        Cuma, saya ralat sedikit Mas. Khusus di institusi saya jam kerjanya 07.30 s/d 17.00, bukan sampai setengah 5 sore.
        Salam dari saya.

  4. Saya sekarang wiraswasta (Agen Beras = http://rejekimajujaya.blogspot.com)….
    1. Seorang pengusaha terikat akan waktu, (setiap konsumen butuh apa-apa harus langsung dilayani…). Jadi pengusaha tidak bisa main-main dalam mengatur waktu.
    2. Bebas memang melakukan usaha apapun akan tetapi modal yang anda punya berapa banyak ???.
    3. Setiap pengusaha bisa bangkrut akan tetapi PNS tidak ada istilah bangkrut.

    • Akhirnya, ada juga sosok wirausahawan yg berkenan membaca dan bahkan meninggalkan komentar dlm tulisan saya. Izinkan saya memberikan pendapat balik:

      1. Mohon maaf sebelumnya, barangkali komentar2 Anda ini dipengaruhi oleh sektor usaha yg Anda tekuni. Jika Anda adalah agen beras, maka sangat wajar jika Anda sering dikejar2 oleh konsumen, karna beras adalah salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat.

      Tapi, bukankah seorang pengusaha bisa menggunakan tenaga orang lain (misalnya dgn mempekerjakan org lain, sembari menjalankan usaha yg lain lagi)? Dan, dgn pengalaman yg terus-menerus, jalinan kemitraan yg kuat, serta sistem pengelolaan yg profesional, bukankah masalah pasokan itu bisa segera diatasi? (Lagi2 mohon maaf, jika Anda menganggap pendapat saya ini hanya sbg teori semata).

      Namun, dibalik itu semua, saya sangat setuju jika seorang pengusaha mestilah memberikan service yg prima kpd pelanggan.

      2. Betul, namun izinkan saya menjelaskan makna “bebas” yg saya maksud dlm tulisan ini. Bebas yg saya maksud adalah bebas untuk berkehendak dan melakukan usaha apapun, tentu saja dgn melihat ukuran kemampuan yg dimiliki. Bukankah bebas itu tidak selalu berarti “bisa”?

      Analoginya begini: orang Jawa bebas utk berwisata ke Bali, kapanpun dan darimanapun. Namun, jika ia tidak memiliki uang yg cukup sbg biaya perjalanan dan biaya hidup, sangat mungkin ia tidak akan bisa ke Bali. Akhirnya ia memilih tempat wisata lain yg tak eprlu mengeluarkan biaya banyak. Namun, tentu saja hal itu tdk mengurangi kebebasan org tersebut utk berwisata ke Bali.
      Kondisi ini tentu berbeda dgn PNS yg selalu dikekang oleh berbagai macam birokrasi dan jam kerja.

      3. Kalo bangkrut yg Anda maksud adalah krna seorang pengusaha mengalami kerugian besar sbg dampak dari pendapatan yg tdk sebanding dgn biaya usaha yg sudah dikeluarkan, tentu saya sepakat.

      Namun, bagi org2 yg berani mengambil risiko, logika berpikirnya adalah kebalikan dari itu. Kira2, mereka akan berpikiran seperti ini: Bukankah seorang pengusaha bisa menjadi sangat kaya? Bukankah orang2 kaya, dimanapun itu, adalah seorang pengusaha?

      Dan, di luar itu, bukankah PNS juga bisa jatuh miskin jika ia tidak bisa me-manage pendapatan dan belanjanya dgn baik?

      Mohon maaf jika saya ngeyel. 😀 Saya tahu bahwa Anda sudah memiliki pengalaman bisnis yg banyak. Tulisan dan komentar ini adalah pandangan awam saya sbg seorang yg mengagumi orang2 seperti Anda yg mandiri dan tak bergantung pd negara. Itulah mengapa di akhir tulisan ini, saya mencantumkan adagium lama, “Rumput tetangga selalu lebih hijau.”

      Btw, terima kasih atas high quality comment-nya. Salam kenal dr saya. 😀

  5. Hasil tulisannya sangat baik…sebagai tolak ukur – bagi pembacanya yg sdg memilih dan menentukan apa yg mereka pikirkan setelah membaca tulisan diatas ini.
    Menurut pemikiran saya setelah membaca tulisan ini..Bahwasannya Lingkup dunia kerja Baik itu PNS atw Pengusaha, sangat bisa dijalankan keduanya,
    Anda bisa menjadi seorang PNS dgn bersamaan pula Anda bisa menjadi seorang Pengusaha. dari 100% pejabat di Indonesia saat ini – 99%nya mereka adalah PNS,
    dan juga Pengusaha…jadi sah – sah saja jika Seorang PNS pun menjadi seOrang Pengusaha….

    • Terima kasih dek Aras. Seorang guru, misalnya, bisa sambil membuka bimbingan belajar. Yang penting, usaha sampingan yg dilakukan tidak mempengaruhi kinerjanya sbg seorang abdi negara ya? 😀

  6. Maaf Om saya tergelitik dgn balas jawaban pendapat dari Om…tentang ” KINERJA ”
    Melihat titik balik dari ruang lingkup yg saya pernah ada didalamnya..
    Kelemahan tentang KINERJA inilah yang sangat kurang dipunyai,
    oleh sebagian Pencari kerja yang ada dinegara kita ini,
    Seperti yg telah Om bahas pada tulisan Om diatas ini…Bahwasannya Pendidikan dinegara kita ini tdk menciptakan Personal yg siap kerja bagi Lulusan2nya.

    Kendala seperti ini pada akhirnya akan berpengaruh pada KINERJA mereka didalam dunia kerja. dgn sangat minimnya skill yg mereka punya.
    Dan yang seperti ini tidak menghasilkan Personal – personal yg ber inovasi didalam dunia kerja, “KARNA” mereka hanya bekerja apa yg ada dihadapan mereka saja…
    Tanpa ada peningkatan untuk mereka memperbaiki KINERJA dan taraf kehidupannya.

    Seperti inilah yg menjadikan kendala sangat minimnya Pengusaha2 yg tumbuh kembang diNegara kita ini.

    Satu lagi kendala yg sangat datar untuk ditindaklanjuti adalah permasalahan Modal.
    Selalu saja Modal yg menjadikan kendala – sepengetahuan saya..
    Jika KINERJA mereka baik dan dpt dipertanggung jawabkan,
    Masih sangat banyak Pengusaha2 yang bisa menjadikan rekanan bagi mereka2,
    yang mempunyai kondite baik untuk bekerja sama dalam berbagai bidang kerja.

    Hal KINERJA itu lah Om yg juga menjadikan kendala. bagi tumbuh kembangnya Pengusaha2 dinegara kita ini…

  7. Konten hebat, sangat berguna utk semua kalangan, apalagi seperti saya mahasiswa tahap akhir yg sedang mencari jalan hidup ke depan.
    Ayah saya sebagai dosen di suatu universitas, selalu menginginkan saya kelak bisa menjadi PNS pula dan menjadi dosen seperti ia, tapi dalam jiwa saya ada secercah jiwa pengusaha yang mulai muncul, dan kemudian saya berpikir utk memulai usaha jasa kursus bahasa inggris, karena kebetulan saya kuliah jurusan sastra inggris. Dan cocok sekali dengan pemaparan mas di atas, saya paling tidak suka diatur sama atasan, maka saya lbh memilih utk tidak menjadi PNS 😀

  8. Bagaimana orang tertarik jadi pengusaha lah kebijakan pemerintah tidak mendukung ke arah situ, sama sekali tidak ada dukungan buat pengusaha, coba lihat pengusaha2 UKM maupun kecil, sebagian besar berusaha sendiri tanpa bantuan pemerintah hampir tanpa peranan pemerintah, baru terasa ada pemerintah kalo pas ngurus ijin, lain tidak. Bagaimana pula pemerintah mau mendorong lha wong kebijakannya tdk mendukung contoh terasi aja skrg dibikin perusahaan sekelas indofood, saos tomat aja ABC bikin, hrsnya perusahaan bermodal kuat dilarang memproduksi produk2 yg berteknologi sederhana spt kecap dll, kalo dipaksa bertarung mana kuat industri rumahan head to head dg indofood dkk, begitu rakyat yang disalahin hadeuh…

    • Terima kasih mas (mohon maaf) Bulldog. Pendapat Anda memang betul adanya, banyak pengusaha kecil yg kalah bersaing dgn perusahaan2 besar yg sudah mapan dan dgn dukungan kapital yg sangat besar. Memang dibutuhkan komitmen yg nyata dr pemerintah utk menumbuhkan wirausahawan2 baru. Mesti ada sinergi yg nyata antara perusahaan besar dgn sektor UKM. Keduanya semestinya bisa berjalan beriringan, perusahaan besar dpt menjadi pembina perusahaan kecil. Idealnya, mesti ada dukungan dr pemerintah sbg regulator usaha. Akhir2 ini, saya lihat pemerintah cukup gencar dlm usahanya utk menumbuhkan wirausahawan muda, baik dgn dukungan dana, pelatihan, seminar. Beberapa BUMN juga telah mengalokasikan dana CSR mereka utk menumbuhkan semangat wirausaha generasi muda. Mari kita tunggu saja Mas. Saya, dgn usaha kecil2an saya, hanya sbg pengamat saja. 😀

  9. ya penting pekerjaan cocok sama kemampuan dan bakat kita..klo saya emang gk bisa kerja keras di swasta atau jadi pengusaha..jadi lebih aman di PNS,,hehe
    klo tipe pekerja keras lebih baik jangan,,karena bisa lebih sukses di karir yang lain..jadi PNS terlalu lambat berkembang..gk sesuai sama semangat jiwa2 muda yg lebih baik di bidang usaha..mungkin mindset ortu harus diubah..kebanykan anak jd PNS untuk bahagiain ortunya aja..

  10. enakan jadi petani, nanam pohon trus ditinggal , pohon tumbuh dan menghasilkan buah, saya makan dan sisanya sy jual, ternyata petani itu pekerjaan paling enak buat pemalas seperti saya.

    • Saya yakin mas Wayan ini bukan tipe orang pemalas. Sepanjang yg saya tahu, petani adalah sosok yg pekerja keras. Btw, sebenarnya saya jg lahir dr keluarga petani. Makanya, sampai kini saya masih sangat tertarik dgn bidang2 pertanian dan masih menggeluti usaha2 pertanian di kampung sana.

      Salam tani dr saya utk mas Wayan. 😀

  11. Saya abis lulus kuliah langsung lulus jadi PNS krn waktunya pas dgn waktu lulus saya,stlh 5 tahun berjalan saya merasa jadi PNS maupun pengusaha sama2 bagus yg penting bagaimana kita nya aja, dan memang benar rumput tetangga memang slalu lebih hijau..percayalah pepatah itu

    • Kalau saya jadi PNS karna kepepet sekaligus beruntung. Susah diterima di perusahaan swasta yang bagus, tapi butuh duit, jadi ndaftar PNS beruntung diterima. Karna jiwa saya lebih suka bisnis, saya tetap mensyukuri pekerjaan sebagai PNS namun di sela2 waktu senggang saya merintis bisnis. Jadi dua-duanya jalan, antara kebutuhan akan duit dan kebutuhan untuk melakukan hal yang menantang menuju finansial freedom.

      • Betul juga Mbak Astutimae, di luar jam kantor, seorang PNS memang bisa melakukan usaha apapun (meski hasilnya tak akan seoptimal jika ia terjun total sbg pengusaha).
        Trims atas kunjungannya dan salam kenal 😀

  12. memang benar enak jadi PNS, tapi pegawai ttp saja pegawai, sama saja dengan babu, pengusaha apapun itu tetap saja pengusaha, sama saja dengan bos. mestinya pemerintah mengontrak semua lulusan perguruan tinggi jadi PNS dengan sistem kontrak 2-3 tahun dengan gaji 100 juta dibayar tunai, sehingga mrk yg pengen membuat usaha bisa punya modal, sprti kita tahu banyak calon enterpreneur yg tdk bisa memulai usahanya krn kurangnya modal.
    setelah kontrak berakhir baru diseleksi siapa yg layak menjadi PNS sebenarnya, dengan gaji lebih tinggi dan hanya sebagian kecil dari keseluruhan yang dikontrak tentunya…
    salam

  13. Artikelnya sgt bgus dn brharga bg saya…menurut anda! Apa beda pengusaha dan pns?, pengusaha: menciptakan kerja sdgkn pns: mengerjakan yg sdh diciptakan…mf sya sdikit brbagi, om,tante,uwak,tulang sya di medan{sumut} smw pns memang mindset mrka ada k,arh bisnis tp sgt dsyangkn tdk ada kreatifitas..numpang nimbrung mas..bimo dri negeri paman lae…wkwkwkwk

  14. Lakukan semua dengan hati, zona nyaman itu ya PNS penghasilan flat dan baru bertambah jika ada kenaikan dr pemerintah.
    Pengusaha juga mulia, karena ada nilai kejujuran, empati yg tinggi dst. Itupun harus kerja keras, kreatif, inovatif sekaligus jujur.
    Benar juga kata cak Dahlan, bila ingin sejahtera jadilah pengusaha…
    Salam hangat.

  15. Lakukan semua dengan hati, zona nyaman itu ya PNS penghasilan flat dan baru bertambah jika ada kenaikan dr pemerintah.
    Pengusaha juga mulia, karena ada nilai kejujuran, empati yg tinggi dst. Itupun harus kerja keras, kreatif, inovatif sekaligus jujur.
    Benar juga kata cak Dahlan, bila ingin sejahtera jadilah pengusaha…
    Harus ada paradigma baru agar mindset bangsa kita tidak terbelenggu agar bisa sgr sejajar dengan negara-2 yg sudah maju…
    Salam hangat.

  16. ini sih mas… tergantung niatan…orang mulia nggak mulia itu kan dilihat dari tujuan pelayanannya… apakah melayani diri sendiri atau melayani orang lain… kalau jadi PNS hanya karena segala fasilitas serba nyaman dan nggak ribet terus gaji tetap dengan segala tunjangan (niatannya buat numpuk kekayaan pribadi doang) ini orang yang sumpah nggak mulia banget hidupnya… dan kebanyakan orang yang jadi PNS alasannya itu, materi buat pribadi.

    padahal PNS itu kan pelayan masyarakat ya mas ?

    justru malah seringkali pengusaha yang pelayanannya prima.

    • Betul jg, Mas. Saya sbg PNS terkadang malu jg dgn fenomena ingin dilayani itu. Cm saya lihat sekarang2 ini sudah ada perubahan ke arah pelayanan prima sedikit demi sedikit. Mudah2an saja, kelak akan semakin baik mas. 😀

      Salam..

  17. Posting yg bgus,
    Alhmd gan slama ini sjak kcil ortu ane tdk prnah nyuruh2 jdi PNS pdahal ortu ane orng PNS, stiap hri ortu ane sring bilang jgn jdi PNS gajix sdkit, enakan jdi pngusaha…
    Krna sking seringx ane gk bgitu minat jdi PNS,

    Dan alhmd gan skr ane ksampaian jdi pgawai BUMN skaligus merangkap jdi pngusaha, trnyata jdi pngusaha itu enak bgi orng2 yg suka tantangan,,, bnyak ide2 yg muncul ktika mnghadapi msalah,,,

    Ane srankan ente tetap jdi PNS tpi jdi pngusha jg (cobain gan psti ketagihan) he3x

  18. Assalamu’alaikum Wr. Wb………
    Posting yg sangat bagus, izinkan saya berkomentar sedikit, kakek saya seorang PNS, Ayah saya seorang PNS, mertua saya pun seorang PNS, oleh karena itu orang tua saya selalu berharap anak – anaknya untuk menjadi seorang PNS, Alhasil dari 6 orang bersaudara 3 org saudara saya menjadi PNS dan sayapun hampir jadi PNS, tapi karena jiwa saya memang termasuk org yang tidak mau diatur oleh berbagai birokrasi saya memilih untuk tidak menjadi PNS.
    Saya akhirnya bekerja di Perusahaan Swasta, dan memang karena jiwa saya yang selalu ingin bebas dan tidak ingin terikat oleh segala macam birokrasi dan peraturan kantor, akhirnya saya selalu keluar masuk perusahaan, dalam 15 tahun masa kerja saya setelah lulus sekolah sudah lebih dari 20 perusahan swasta saya masuki, jadi kalau di rata-rata, 1 perusahaan paling hanya sekitar 6 bulan saya bisa bertahan, sekarang saya berwira usaha memulai semua dari nol, tak terasa sudah 6 tahun saya jalani usaha saya, karena memang saya memulainya dari nol banyak rintangan dan hambatan yang saya jumpai, termasuk akses untuk mendapatkan modal yang cukup memadai, sehingga usaha saya bergerak sangat lambat, tapi kalau saya melihat diawal saya memulai usaha terlihat ada peningkatan, mungkin waktu 6 tahun belum seberapa untuk sebuah usaha, tetapi saya tetap semangat, butuh kesabaran dan kerja keras yang ekstra untuk berwirausaha, dan saya yakin inilah jalan saya, saya berwirausaha bukan karena terpaksa karena tidak mendapatkan pekerjaan, saya malah sudah tidak mau lagi mencari lowongan pekerjaan, saya jalani ini semua dengan suka-cita, memang memulai usaha sulit, apalagi saat kita sudah berkeluarga, kita akan berfikir bagaimana nanti makan anak-anak, tapi Alhamdullilah setelah saya terjun ke dunia usaha, saya baru benar-benar merasakan bahwa rezeki di tangan Allah SWT, saya yakin kalau saya berusaha sekuat tenaga rezeki akan datang dengan pertolongan-Nya. SEMANGAT. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

    • Wa’alaikumsalam wr. wb.
      Terima kasih Pak Soleh atas sharing pengamalannya. Menarik sekali membaca komentar Pak Soleh ini. Setelah bertahun2 bekerja menajdi karyawan, akhirnya Bapak memilih menjadi wirausahawan. Dan, disitulah ternyata zona nyaman Bapak yg sesungguhnya.

      Semoga usaha Bapak semakin sukses saja.
      Salam kenal dr saya. 😀

  19. Sebuah artikel yang menarik, Pak Teguh,

    Menurut saya, apa yang dialami oleh Wahyu (tentang mindset menjadi PNS), juga dialami oleh saya. Hanya saja, orang tua saya bukan pengusaha, akan tetapi seorang pegawai swasta. Beliau selalu menasehati saya tentang kesulitan-kesulitan hidup yang pernah beliau hadapi di masa lalu, dan berdasarkan kesulitan-kesulitan hidup itulah beliau mengabdikan diri sebagai pegawai swasta, yang sekarang sudah mempunyai kedudukan yang terhormat di perusahaan tempat beliau bekerja. Akan tetapi beliau memberi saya kebebasan 100% kepada saya untuk memilih jalur mana yang mau saya ambil, lalu dengan pertimbangan yang matang-matang, saya memilih untuk mengikuti jejak orang tua saya, menjadi pegawai swasta di sebuah perusahaan multinasional.

    Kenapa saya memilih jalur ini? Walaupun saya lulusan S2 Manajemen, saya rasa ilmu saya itu masih sangat kurang sekali dibandingkan orang-orang diluar sana yang bekerja di perusahaan swasta. Jadi bagi saya, bekerja adalah “Universitas” lanjutan setelah saya lulus di S2 dan banyak sekali hal yang tidak saya dapatkan di kampus bisa didapatkan di tempat saya bekerja. Tetapi, jangan salah, cita-cita saya adalah menjadi seorang pengusaha sukses kelak jika saya pensiun dari perusahaan tempat saya bekerja. Apa yang saya lakukan sekarang ini adalah untuk membekali diri saya dengan ilmu-ilmu supaya sewaktu saya buka usaha nanti kelak setelah pensiun, saya tidak akan rugi sepeser pun dan uang pensiun yang saya dapatkan dari tempat saya bekerja bisa saya pakai sebagian kecil sebagai modal buka usaha.

    Mohon maaf jika pendapat saya terlalu panjang, Pak. Terima kasih.

    • Terima kasih, Pak Prayogi.
      Saya sangat suka dgn komentar Bapak. Terlebih lagi pd kalimat, “Bekerja adalah universitas lanjutan”. Pendapat Bapak itu, sepenuhnya saya sepakati. Kira2, saya pun tengah merencanakan suatu hal yg tdk jauh berbeda dgn apa yg Bapak rencanakan itu.
      Selamat berencana dan selamat bekerja utk Bapak.

      Salam.. 😀

  20. idem bos, semua tau enak gak enaknya hidup itu setelah dijalani,
    torang juga cpns(2thn) walau hrus ikut tes jauh2 dr kampung halaman, juga demi impian ortu.
    。。。。。。。。。。malah bingung ,,,,,, takut dibilang nggak bersyukur,,,

    intine JEMPOL AE mas broooo, nikmati ae jadi jongos,,,,,ngana pe bos,, yg sok bosi.

  21. Jd makin galau mau resign …..walaupun side job sy jauh dr gaji PNS sy……Soalnya kl side job sy hrs kerja keras baru dpt duit kl PNS y sesuailah kerja santai duitnya jg santai

      • yunani aja hampir bangkrut (mau bangkrut) gara gara kebanyakan PNSnya, dan kepaksa deh PNSnya banyak yang dirumahkan. jadi bukan jaminan mutu juga.

        pekerjaan sebagai PNS tergantung situasi negaranya. mudahmudahan aja Indonesia ekonominya ga kolaps.

        APBD tekor, apalagi kalo akhir tahun. suka tiba tiba ada acara kagak jelas juntrungnya untuk habisin dana biar tahun depan dikasih dana sama banyaknya. trik klasik tapi asik 😀

        semoga saja situasi ekonomi negeri ini kagak kolaps kayak negara negara eropah. Kasian sama PNS PNS yang aktivitasnya cuman duduk duduk depan komputer dan softskill yang berkembang hanya main solitaire.

        kalo emang bener pengen jadi PNS, kayaknya musti disimpan mindset bahwa gaji anda berasal dari negara dan pemasukan negara berasal dari rakyatnya. jadi rakyat adalah bos anda. sayang, mindset ini malah terbalik

  22. Wah, kalo saya sejak awal emang sudah bilang ke ortu gak mau jadi PNS hehehe… dari kecil udah kelihatan nge-bossy nya hahaha

    Saat masih berusaha dari 0, ortu terutama mama selalu mendesak untuk kerja kantoran saja. Mungkin kasihan liat saya kesana kemari.

    Saat ini sih, ortu mulai mendukung usaha yang saya jalani. Saking mendukungnya sampai2 dicampuri huhuhuhu, bikin ribet jadinya. Tapi setidaknya, mereka gak maksa2 lagi untuk jadi PNS. Alhasil, 6 bersaudara, cuman saya yang gak jadi PNS heuheuheu… asyik 🙂 sambil usaha bisa sambil nekuni hobby

  23. Yang penting kita mampu bersyukur aj,, mau jadi pns atopun pengusaha, kita laksanakan dengn baik, jika jadi pns bisa xambi usaha knapa tidak….semua rezeki dr ALLAH

  24. memang jd PNS membosankan, tp di sektor swasta pun mungkin jg lama2 bosan, bisnispun lama2 jd rutinitas yg membosankan jg…memang dgn jd PNS banyak daerah abu abu,,,semoga Tuhan senantias memberi kita petunjuk

  25. Jadi PNS itu :
    – Dapat membunuh kreativitas manusia.
    – Imajinasi & logikanya tumpul.
    – pekerjaanya & pengalamanya monoton, klw udh monoton perkembangan potensinya juga itu itu tok.
    – Sangat membosankan bagi jiwa yg inging maju.
    – mental jd terbloker krn brda pd zona nyaman.
    – kurang pndai mmcahkan masalah dll
    – ( TANPA SADAR JADI …….KERDIL) sampai kpn bisa jd orang besar?”

  26. “Setiap pengusaha wajib menelan pengalaman2 pahit dlm usahanya” klw tdk menelan pengalaman2 pahit itu bukan pengusaha namanya.

    Lebih baik menelan pengalaman2 pahit tapi kunjung kaya/kreatif/cerdas. daripada duduk di zona nyaman/aman/tenang/nda’ kena sinar matahari tapi gajinya itu itu tok “PNS”

  27. Artikel keren…minta saran donk mas..aku kebetulan udah merintis usaha bikin bimbel inggris..udah 5 taunan.karna memang hobby ngajar.eh..taun ini gara gara iseng ikutan tes cpns aku ketrima.sbenarnya aku ga mau ambil..cuma keluarga terutama bapak aku sampai marah marah kalo aku. Ga ambil kesempatan ini.kebayang yang dikalahin ribuan orang.padhal passionku udah nyaman di zona wirausaha..#jadi galau#….

    • saya sepakat dgn komennya mas Ahmad di bawah, Mbak. Timbang dulu plus dan minusnya dr masing2 pilihan. Mbak mungkin masih bisa menjalani dua2nya. Misalnya, mbak tetap jd CPNS. Terus mbak bisa mengajak teman2 atw saudara2 mbak buat kerjasama nanganin bimbelnya. di hari2 libur, mbak mungkin msh bisa ngajar di bimbel.

  28. Kalau saya, melihat dan merasa dimana kiara-kira saya paling bermanfaat atau paling banyak manfaatnya untuk orang lain, saya bisa menjadi diri sendiri/bebas berkreasi, saya merasa nyaman/suka melakukannya, dan yang tidak kalah penting adalah upah/hasil usaha kita itu halal karena syaratnya terpenuhi. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk kebaikan. Jangan sampai menjadi PNS atau Pengusaha atau kedua-duanya menjadikan kita tidak bermanfaat. Kalau kita bisa melakukan kedua-duanya itu bagus, yang penting syaratnya terpenuhi/tidak menyalahi aturan agar hasilnya berkah. Atau pilih salah satunya saja yang bisa memaksimalkan diri kita (jangan lupa, sholat istikhoroh dulu)…

  29. InsyaAlloh ke depannya iklim birokrasi akan semakin baik, memang saat ini baru PNS instansi pusat saja yg merasakan reformasi birokrasi.

    Yang saya rasakan, di Kemenkeu jelas tidak seperti PNS pemerintah daerah kok, walaupun terkadang masih ada segelintir PNS yg seperti itu (biasanya yg berpendidikan rendah, dan hanya ditugaskan pekerjaan yang ringan2).

    Semoga 5-10 tahun lagi PNS pemda juga sudah bisa merasakan reformasi birokrasi sehingga performanya tidak bergantung dari kepemimpinan kepala daerahnya saja..

  30. Bgmanapun pns tetep nmr wahid. Tp sayang aq tdk bisa jd pns ;-(. Hidup tenaang.. Tdk ada yg merintang secara ekonomi. Gaji tiap bulan ada jd tdk pusiing. Sementara aq jd pedagang. Mikirin harga turun naik,yg gak karuan. Uenak jd pns to mas..

  31. tradisi dan pandangan masyarakat tentang PNS lah yg membuat PNS menjadi sesuatu yg luar biasa. tidak dapat dipungkiri jika PNS masa sekarang memiliki banyak hal yg tidak dimiliki mereka yg ada di swasta baik sbg karyawan swasta atau sbg wiraswasta. menjadi PNS itu gaji pokok selalu naik tiap tahun, belum tunjangan dan lain lainnya, aman dr PHK (bahkan di tempat saya banyak PNS yg secara kejiwaan sdh tergolong sakit jiwa masih bisa menjadi PNS dan tidak dapat dgn mudah dipecat), kemudahan dalam mendapatkan modal usaha, jam kerja yg tidak terlalu mengikat walau secara aturan mengikat, banyak dikejar wanita dan diidolakan oleh calon mertua merupak daya tarik luar biasa kenapa orang ingin menjadi PNS.

    teman saya yg pengusaha dg omset puluhan juta pun akhirnya memilih utk ikut tes cpns. atau cerita bapak pengusaha besar yg menginginkan semua anaknya jgn jadi pengusaha kecuali setelah menjadi PNS.

    sudah sifat dasar manusia terutama di indonesia untuk mencari pekerjaan yg aman dan nyaman serta mudah dikerjakan dengan hasil yg di atas rata rata serta dihormati orang lain.

    dengan kondisi indonesia saat ini tidak dapat dipungkiri hanya PNS lah kehidupan itu walau yg lain bukan berarti tidak hidup hanya saja mungkin megap megap krn keterpaksaan yg harus bertahan hidup. saya pun yg dulu menolak segala kesempatan menjadi PNS menyerah untuk mengakui bahwa PNS itu lah keselamatan di Indonesia (bukan di dunia 🙂

    alhasil tidak salah kiranya saya katakan “banyak yg siap menjadi PNS namun tidak ada yg siap utk meninggalkan status PNS”

    trm ksh 🙂

  32. terima kasih atas infonya, saya juga mau curhat.
    Saya adalah seorang pengusaha (cheile…. gaya nya). usaha saya seperti menerima jasa pengetikan, cetak foto, foto copy. tapi semua alat yang saya miliki semuanya terbatas (seperti mesin cetak foto aja make canon IP2770, mesin foto copy juga bekas yg selalu rewel meski saya pukul dan saya tendang tiap hari, kamera yg saya gunakan untuk foto hanya kamera HP Nokia). Jadi terkadang saya juga berpikir menjadi PNS di salah satu instansi (seperti adik ipar saya atau seperti mas Teguh).
    Karena banyak hal yang ingin saya lakukan disana :
    1. Yang pasti peralatan yang digunakan serba canggih, tidak lemot/lelet, Jadi saya bisa kerja lebih profesional.
    2. Ruang kerja bersih, jadi saya bisa bekerja lebih nyaman.
    3. Teman kerja ferfek (enggak tau tulisan bahaya baratnya) yang pasti teman kerja lebih baik. jadi saya bisa bekerja dengan level kerja yang lebih tinggi.

    Sebenernya tempat kerja saya sekarang juga ya alhamdulilah, walaupun serba kekurangan, tapi justru kekurangannya itu membuat saya menjadi lebih kuat.
    Salam kenal mas Teguh
    “PERBAIKAN TIADA HENTI, PENINGKATAN TERUS MENERUS”
    itulah yang harus dilakukan oleh seorang pengusaha (Sok keren banget loe……)

  33. Tulisan yang bagus,
    Saya juga mengalami kebingunan dalam memilih, satu diantaranya
    Setiap bingung nyari jawaban ke google
    Sampai sekarang masih bingung, pengennya sih fokus memilih salah satu tapi susah sekali mengambil keputusan

    capek deh

  34. Satu hal Mas Teguh, menjadi aparat negara, pegawai negeri sipil dan militer, digaji dari pajak, tanggung jawabnya ke pembayar pajak ( taxpayer) bukan ke pemerintah, karena pemerintah posisinya administrator.

    Semangat untuk berdagang dan membangun enterprise punya fungsi untuk operasi kredit dan potensi taxpayer lebih besar, disitu ada nilai tambah. Menjadi taxpayer dan generator putaran ekonomi negara itu baik. Ya memang tidak seaman digaransi oleh bujet pajak, tapi apalah keamanan dibanding dengan pengalaman membayari kinerja negara? Hidup cuma sekali, play the game, don’t let the game play you 🙂

Tinggalkan Balasan ke teguhalkhawarizmi Batalkan balasan