Buta Warna dan Karier Hidup

image from: google
image from: google

A adalah anak muda yang cukup berprestasi. Di sekolahnya, sejak SD hingga SMA ia tak pernah jatuh dari peringkat 2 besar. Ia mempunyai cita-cita yang cukup tinggi, menjadi seorang ilmuwan sains. Sesuatu yang wajar dan cocok untuknya, mengingat di sekolahnya ia cukup menonjol dalam bidang ilmu eksakta.

Biarpun demikian, ia juga mempunyai alternatif cita-cita yang lain seandainya cita-citanya menjadi ilmuwan itu gagal. Ia menyadari betul bahwa dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat menjadi seorang ilmuwan seperti yang diimpikannya, sementara keadaan ekonomi keluarganya bisa dibilang pas-pasan saja.

Prinsipnya jelas, ia menggandrungi sains tapi tak ingin terlalu memberatkan ayahnya yang hanya seorang pamong desa. Sekolah Tinggi Kedinasan!  Itu altenatif terbaik menurutnya. Sekolah kedinasan disamping menggratiskan mahasiswanya dari semua biaya kuliah, juga memberinya garansi pekerjaan yang jelas dan pasti ketika ia lulus kelak, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), sebuah pekerjaan yang masih menjadi idaman oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Setelah ia lulus SMA dan kebetulan menjadi lulusan terbaik di sekolahnya, ia berusaha melanjutkan cita-citanya itu. Ia harus kuliah, di sebuah jurusan sains atau di sebuah sekolah tinggi kedinasan. Semuanya mesti dilalui dengan seleksi/ujian.

Ada satu alternatif perguruan tinggi umum yang dipilihnya: Universitas Diponegoro dengan jurusan Teknik Kimia (favoritnya), serta ada dua alternatif sekolah tinggi kedinasan: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS/di bawah Badan Pusat Statistik) dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dengan spesialisasi pada bidang Kepabeanan dan Cukai (STAN/di bawah Kementerian Keuangan). A mencoba peruntungannya dengan mendaftar ketiga-tiganya dengan harapan utama ia akan diterima di STAN. Pertimbangan utamanya adalah di STAN gratis, berada di bawah kementerian besar, serta mengingat kemampuan orang tuanya yang kemungkinan agak berat untuk membiayai cita-citanya menjadi seorang ilmuwan. Disamping juga ia sedikit tertarik dengan ilmu kepabeanan daripada beberapa alternatif sekolah kedinasan yang lain.

Ujian demi ujian telah dilaluinya. Ia dinyatakan lulus di semua perguruan/sekolah tinggi yang didaftarnya. Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara siap menerimanya pada jurusan/spesialisasi masing-masing.

Akan tetapi, sebagaimana prosedur baku pada penerimaan mahasiswa baru pada umumnya, ujian/seleksi belumlah lengkap tanpa adanya tes kesehatan. Dari segi kesehatan, ada beberapa persyaratan penting yang harus dipenuhi oleh calon mahasiswa baru. Disini masalah itu muncul pada A.

Dari tes kesehatan yang dilakukan oleh tiga perguruan/sekolah tinggi itu, A dinyatakan buta warna. Padahal, semua perguruan/sekolah tinggi dengan jurusan yang ditujunya itu mensyaratkan bahwa mahasiswa baru tidak boleh buta warna.

A pun kaget dengan kenyataan ini. Ia tidak menyadari bahwa selama ini dirinya memiliki kekurangan pada matanya. Ia buta warna parsial. Bisa dipastikan A akhirnya gagal diterima di perguruan/sekolah tinggi yang diharapkannya itu. Ini berarti cita-citanya sejak kecil pun bisa dikatakan menguap begitu saja.

A pun bersedih, hampir-hampir ia frustasi karena tidak bisa menerima kenyataan ini.

***

Buta warna

Kisah singkat di atas merupakan sebuah kisah nyata dari seseorang. Sebuah kisah yang patut menjadi bahan pelajaran bagi siapapun.

Buta warna, banyak orang yang kurang memahaminya. Orang-orang awam beranggapan bahwa buta warna berarti tidak mampu membedakan semua warna. Orang-orang yang buta warna berarti hanya bisa melihat hitam dan putih, ia tidak bisa melihat warna-warna lain yang banyak jumlahnya. Begitulah anggapan sebagian orang, termasuk juga A dalam kisah di atas.

Secara umum, A memang bisa membedakan berbagai macam warna, meskipun itu tidak berlaku untuk semuanya. Akan tetapi, jika warna-warna ini digabung sedemikian rupa, terbukti A tidak/kurang mampu membedakannya. Ia tidak menyadari keterbatasannya itu. Itu lah yang membuatnya kaget ketika dokter penguji menyatakan bahwa ia buta warna dan tidak bisa belajar di tempat yang diidamkannya, yang berarti seperti menjadi pupus saja cita-cita dan harapannya.

Buta warna adalah keadaan dimana seseorang tidak mampu membedakan warna. Ada dua jenis buta warna, yaitu buta warna total dan buta warna parsial. Pada buta warna total berarti seseorang sama sekali tidak bisa membedakan warna. Objek apapun, yang dilihatnya hanyalah hitam dan putih. Sementara dalam buta warna parsial, seseorang tidak bisa membedakan warna-warna tertentu saja.

Sebagian besar buta warna parsial adalah buta warna merah-hijau, dalam artian seseorang yang mengalami buta warna parsial umumnya kesulitan untuk membedakan warna merah-hijau.

Dalam istilah yang lebih umum dikenal, semua buta warna, baik itu total maupun parsial sama-sama disebut dengan istilah “buta warna” saja. Dengan demikian, ketika ada penyebutan “tidak buta warna” dalam sebuah persyaratan pendaftaran tertentu, maka secara otomatis itu juga berlaku untuk buta warna parsial.  Orang-orang yang mengalami buta warna parsial umumnya tidak akan diterima karena tidak memenuhi syarat pendaftaran ini.

Buta warna terjadi karena sel-sel kerucut tidak mampu merespon warna sebagaimana mestinya. Sel-sel kerucut pada retina mengalami pelemahan atau kerusakan permanen.

Penyebab buta warna bisa terjadi karena suatu penyakit tertentu baik itu dalam mata sendiri maupun penyakit lain yang mempengaruhi kemampuan pengindraan mata. Akan tetapi, sebagian besar buta warna terjadi karena keturunan/genetik. Buta warna yang terjadi secara genetik tidak bisa disembuhkan, sementara buta warna yang terjadi karena suatu penyakit bisa disembuhkan dengan terlebih dahulu mengetahui penyakit kemudian menyembuhkan penyakit itu. Tulisan ini lebih berfokus pada buta warna karena keturunan/genetik.

Buta warna yang terjadi karena keturunan/genetik lebih banyak dialami laki-laki. Dalam suatu penelitian, 1 dari 12 orang laki-laki mengalami buta warna, sementara 1 dari 200 orang perempuan mengalami buta warna.

Buta warna karena keturunan terjadi secara criss cross inheritance (penurunan silang), yaitu seorang ayah yang buta warna akan menurunkan sifat buta warnanya itu kepada anak perempuannya, sementara ibu yang memiliki sifat buta warna akan menurunkan sifat buta warnanya kepada anak laki-lakinya.

Sebagaimana diketahui, kromosom seorang perempuan adalah XX, sedang seorang laki-laki adalah XY. Gen buta warna termasuk gen resesif, artinya tidak akan tampak jika bertemu dengan gen normal yang sifatnya dominan.

Gen buta warna selalu terpaut pada kromosom X, akibatnya, terkait buta warna, seorang perempuan mempunyai tiga kemungkinan: normal dan tidak menurunkan sifat buta warna untuk semua anaknya, normal tapi mampu menurunkan sifat buta warna pada anak laki-lakinya, serta kemungkinan ketiga ia mengalami buta warna dan menurunkannya kepada anak laki-lakinya. Seorang perempuan yang buta warna bisa dipastikan akan memiliki anak laki-laki yang buta warna.

Sementara seorang laki-laki hanya ada dua kemungkinan, yaitu normal dan tidak menurunkan sifat buta warna kepada anak-anaknya, atau kemungkinan kedua ia mengalami buta warna dan menurunkan sifat buta warnanya kepada anak perempuannya.

Profesi/pekerjaan yang umumnya mensyaratkan tidak buta warna

Cukup banyak lingkup pekerjaan yang umumnya mensyaratkan untuk tidak buta warna. Pekerjaan itu antara lain dokter, apoteker, tentara, polisi, ahli kimia, ahli IT, desainer, petugas kepabeanan, serta pekerjaan-pekerjaan lain yang dianggap berkait dengan penggunaan warna. Hal ini berarti lingkup pekerjaan seorang yang mengalami buta warna bisa dikatakan tidak sefleksibel orang-orang normal pada umumnya.

Implikasi dari pembatasan ini diturunkan hingga level perguruan tinggi. Sebagaimana diketahui, pendidikan di perguruan tinggi pada akhirnya bertujuan untuk mendidik mahasiswa dengan suatu keahlian tertentu dan untuk pekerjaan tertentu. Ketika pekerjaan tertentu mensyaratkan tidak buta warna, maka wajar jika perguruan tinggi pun mensyaratkan demikian untuk jurusan-jurusan yang terkait dengan keahlian/pekerjaan/profesi itu.

Tes Buta Warna

Tes buta warna yang paling sering digunakan adalah Uji Ishihara. Uji Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik/bulatan/bulatan dengan berbagai warna dan ukuran. Titik/bulatan berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Di dalam lingkaran umumnya terdapat susunan warna membentuk angka-angka atau pola-pola tertentu. Warna titik/bulatan itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan mampu melihat perbedaan warna seperti yang dilihat oleh orang-orang normal. Sebagaimana kisah A di atas, A gagal dalam Uji Ishihara ini.

Berikut contoh dari Uji Ishihara:

orang dengan mata normal akan melihat angka 45, sedang kebanyakan orang dengan mata buta warna tidak mampu melihat angka apapun
orang dengan mata normal akan melihat angka 45, sedang kebanyakan orang dengan mata buta warna tidak mampu melihat angka apapun
8 = normal, 3 = buta warna merah-hijau, tidak ada angka apapun = buta warna total
8 = normal, 3 = buta warna merah-hijau, tidak ada angka apapun = buta warna total
mata normal bisa melihat kotak coklat dan lingkaran kuning,  mata buta warna hanya bisa melihat lingkaran kuning.
mata normal bisa melihat kotak coklat dan lingkaran kuning, mata buta warna hanya bisa melihat lingkaran kuning.

Belajar dari pengalaman A

Pengalaman adalah guru terbaik, begitu kata pepatah zaman dulu yang terus relevan hingga kapanpun. Belajar dari pengalaman tidak harus dari pengalaman diri sendiri tapi bisa juga dari pengalaman orang lain. Semua orang bisa belajar dari pengalaman A di atas.

Sejak awal, A tidak menyadari keterbatasan penglihatan matanya. Ini pengalaman penting yang bisa menjadi pelajaran bagi siapapun. Karena tidak menyadari keterbatasannya itu, A mencita-citakan diri untuk menjadi apa yang diinginkannya sebagaimana kisah di atas. Ia mendaftar di tiga perguruan/sekolah tinggi. Dari segi kemampuan akademis ia memenuhi persyaratan, tapi dari segi kemampuan fisik (dalam hal ini mata) ia dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. Andai saja sejak lama A menyadari keterbatasannya itu, sudah barang tentu A tidak akan bercita-cita dan mendaftar di tiga perguruan/sekolah tinggi dengan jurusan-jurusan itu. Andai saja dia sudah siap dengan keterbatasannya, ia dapat memilih cita-cita serta mendaftar di perguruan/sekolah tinggi yang sesuai dengan kemampuan akademis serta kemampuan fisiknya (yang tidak mensyaratkan tidak buta warna). Dan secara psikologis, andai saja A sudah tahu akan kebutawarnaan matanya, ia tidak akan shock dengan kenyataan yang baru diketahuinya itu saat usianya sudah 18 tahun, usia dimana hasrat dan cita-cita sedang menggebu-gebunya. Untuk itu, tes buta warna sudah seyogyanya dilakukan sejak usia dini. Atau minimal sesaat sebelum seseorang mendaftar kuliah/kerja, seseorang sudah menyadari keterbatasannya itu.

Buku yang di dalamnya memuat mengenai buta warna dan uji Ishihara sudah banyak yang diperjualbelikan di toko-toko buku. Seorang ibu yang mempunyai anak dapat meluangkan waktunya untuk mengetes mata anak dengan uji Ishihara. Jika ternyata sang anak normal, tentu itu tidak menjadi masalah. Tapi jika sang anak buta warna, hendaknya orang tuanya tidak mengarahkan anaknya itu pada cita-cita tertentu yang mana di dalamnya mensyaratkan untuk tidak buta warna. Orang tua bisa  mengarahkan anaknya pada cita-cita lain yang lebih “aman” untuknya. Hal ini untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan di kemudian hari sebagaimana yang dialami A.

Ketika sang anak sudah dianggap layak tahu akan keterbatasannya, orang tua dapat memberitahukan keterbatasannya itu kepada sang anak. Ini untuk mengantisipasi anak agar ia tidak shock di kemudian hari, disamping juga ia bisa mempersiapkan diri untuk memilih cita-cita yang lebih tepat untuknya. Akan lebih baik jika seorang yang buta warna sudah menyadari kebutawarnaannya daripada ia baru mengetahui saat ia gagal dalam pendaftaran kuliah/kerja. Dengan begitu, seseorang sudah “siap menerima kenyataan”.

Kritik Pribadi

Dari segi humanis, sebenarnya ada nuansa ketidakadilan terkait dengan adanya beberapa profesi yang mensyaratkan tidak buta warna kepada para peminat profesi itu. Syarat yang diturunkan ke perguruan tinggi ini terkesan sangat menggeneralisir.

Seorang polisi misalnya, ia tidak harus selalu bekerja pada sesuatu yang berhubungan dengan warna. Pun demikian halnya dengan tentara. Faktanya, baik itu di Akpol maupun Akmil, keduanya mensyaratkan tidak buta warna kepada para pendaftarnya. Kenyataan yang sama juga terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) dan Bea Cukai Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), serta Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Sebagian besar sekolah kedinasan lain pun mencantumkan syarat-syarat ini.

Pun sama dengan beberapa perguruan tinggi lain, baik itu swasta maupun negeri. Hampir di semua jurusan-jurusan teknik mensyaratkan untuk tidak buta warna. Padahal, tidak semua lingkup pekerjaan yang terkait dengan jurusan-jurusan itu kelak berhubungan dengan warna-warna yang banyak dan beragam. Di lingkungan kerja, tidak mungkin ada pekerjaan yang serupa dengan apa yang tercantum dalam Uji Ishihara yang sudah biasa digunakan untuk menyeleksi para pelamar. Dapat dikatakan, untuk lingkup tertentu persyaratan ini terkesan mengada-ada dan menggeneralisir. Dan lagipula, dalam suatu bidang pekerjaan tertentu, tidak ada jaminan bahwa mereka yang normal (dalam artian tidak buta warna) akan lebih cerdas dan kompeten daripada mereka yang buta warna.

Sungguh sayang jika seseorang harus gagal menjadi apa yang diinginkannya hanya karena matanya yang tidak mampu melihat beberapa pola warna yang digabungkan dalam Uji Ishihara.

****

Sumber referensi:

  1. http://kamarmayat.blogspot.com
  2. http://www.anneahira.com

Baca Juga:

87 respons untuk ‘Buta Warna dan Karier Hidup

  1. Setuju, Bahkan Bethooven sekalipun masih bisa membuktikan kemampuannya mengarasemen musik meski semua orang tahu bahwa Bethooven adalah seorang yang tuli… Tetap semangat buat kita semua!!!

    • Saya alumni ITB dan saya juga buta warna. Jadi tidak bijak kalo mengatakan bahwa gagal masuk ITB karena buta warna. Di ITB banyak jurusan yang tidak mempersyaratkan bebas buta warna dan teman saya pun di ITB beberapa buta warna dan tidak menjadi kendala.

      • mas saya kebetulan mau masuk ITB juga dan buta warna parsial
        , mas masuk jurusan apa ya? terus sekarang udah kerja belum?

      • Haha
        Saya juga sekarang sedang kuliah di ITB yang kebetulan jurusannya tidak mensyaratkan buta warna. Lucunya, banyak teman saya di jurusan tersebut yang juga buta warna parsial. Haha, jadi seolah olah ada komunitas buta warna parsial di jurusan saya.

  2. Saya buta warna parsial dan gagal jadi tentara karenanya, yah itu memang sudah takdir. Tapi saya bersyukur, karena saya bekerja sekarang di industri manufaktur tidak mensyaratkan tidak buta warna….

  3. Saya anak teknik dan baru menyadari saya buta warna ketika melamar kerja di perusahaan manufaktur… Dan alhamdulillah allah memiliki kehendak lain.. Saya saat ini bekerja di bank… Tp lebih baik test buta warna sebaiknya ditiadakan… Gunanya jg gak jelas buat apa.. Kecuali emang yg memerlukan spesifikasi pekerjaan tertentu…

    • saya tidak buta warna, tetapi saya mempunyai adik laki-laki yang buta warna.
      dan dia pengen sekali kerja di bank.
      saya percaya Tuhan pasti sediakan yang terbaik, tetapi manusia suka membuat aturan yang berbuah ketidakadilan.
      membaca ada seorang buta warna bisa bekerja di bank, rasanya seperti ada pengharapan akan perubahan paradigma di kebanyakan instansi.
      saya mau tanya, bank mana yang menerima buta warna?
      siapa tahu adik saya bisa mengajukan lamaran ke bank itu juga 🙂
      trims.

  4. Jd ingat masa lalu..mau daftar TNI ternyata eh ternyata..br nyadar ketika umur 18 tahun..wkwkwk..jika tau sblmnya tak begitu kecewa, tp itulah hidup ^_^

  5. memang indonesia ini tidak adil,, kenapa harus ada tes BW padahal itu hanya sekedar terbilang mengada-ada. belum tentu oranf yang normal akademiknya lebih bagus dari pada yang BW..
    penyakit ini sangat tidak sakit namun menyakitkan..
    kisahku sama dengan si A. umurku 18 tahun dan di tes akademik dan fisikotes aku lulus namun di tes BW aku gugur..bagai daun yang kering tertiup angin..
    hanya bisa mensyukurinya aja karena apa.
    dalam al_quran allah berfirman.yang artinya
    “kamu boleh menyukai sesuatu padahal itu tidak baik untukmu, kamu boleh tidak menyukai sesuatu padahal itu baik untukmu..
    jadi kita harus tetap berdo’a dan yakin bahwa tuhan yang maha esa tidak ingin hambanya menderita….!!!!

  6. Saya juga buta warna, saya yakin Allah memberikan hal yang terbaik bagi kita, saya yakin dengan kondisi mata saya yang seperti ini akan memberikan kebaikan yang lebih jika dibandingkan apabila jika saya memiliki kondisi mata yang normal.

  7. saya juga buta warna parsial, dan saya mengetahui ketika saya diterima diperguruan tinggi negeri, dikarenakan saya buta warna saya akhirnya di pindahkan ke jurusan yg menerima mahasiswa buta warna. hmmm awaknya saya agak kecewa dgn hal tersebut, tapi lambat laun akhirnya saya menyadari bahwa Allah tau tempat terbaik untuk umatnya walaupun tempat tersebut ridak diinginkan oleh umatnya. saat ini saya merasa nyaman dgn jurusan perkuliahan saya yg sekarang dan alhamdulilah semua berjalan dgn baik smpai sekarang, mudah2an kedepannya juga akan baik2 saja.

  8. saya juga buta warna parsial, dan saya mengetahui ketika saya diterima diperguruan tinggi negeri, dikarenakan saya buta warna saya akhirnya di pindahkan ke jurusan yg menerima mahasiswa buta warna. hmmm awalnya saya agak kecewa dgn hal tersebut, tapi lambat laun akhirnya saya menyadari bahwa Allah tau tempat terbaik untuk umatnya walaupun tempat tersebut ridak diinginkan oleh umatnya. saat ini saya merasa nyaman dgn jurusan perkuliahan saya yg sekarang dan alhamdulilah semua berjalan dgn baik smpai sekarang, mudah2an kedepannya juga akan baik2 saja.

  9. Saya buta warna parsial, baru lulus kuliah dan saat ini sedang sibuk mencari kerja.
    Dengan tingginya persaingan di antara para pencari kerja dan lowongan kerja yang jumlahnya relatif sedikit dan terbatas pada jaman sekarang, buta warna yang saya alami ini mengurangi peluang dan kesempatan saya dalam mencari pekerjaan yang saya inginkan.
    Melihat banyaknya lowongan pekerjaan yang mensyaratkan tidak boleh buta warna, saya menjadi pesimis dan nyali saya menjadi ciut. Saya sangat sedih. 😦

  10. Saya juga adlaah pengidap buta warna parsial, masalah utamnya bukanlah terletak pada perguruan tingginya, tetapi dunia kerjanya. kita masih bisa selamat di perguruan tinggi karna ada beberapa program studi yang tak mencantumkan syarat ini, tapi coba lihat di dunia pekerjaan, adakah yang mau menampung buta warna, jawabannya menurut saya hampir tidak ada. Kunci satu-satunya adalah menjadi wirausaha. karena setahu saya yg terpikirkan oleh saya sekarang adalah hal tersebut, dan semoga saja kita dapat selalu mendapatkan yg terbaik selaras dengan usaha kita amiiinn

    • bagaimana kalau syarat tes buta warna ini dibawa ke MK, diuji tentang aturan itu. kira2 bisa gak ya? saya blm tau. tetapi menurut saya UUD kan sudah menyatakan semua warga negara indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yg layak. artinya
      mungkin persyaratan tidak buta warna bertentangan. bagaimana menurut agan? just sharing.

  11. saya juga buta warna gan. bingung rasanya. kok kayaknya buta warna tidak dianggap dan tidak dibutuhkan di dunia ini termasuk Indonesia. Padahal buta warna atau tidak, adalah anugerah Allah yang tidak bisa ditolak. Ingat! Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam wujud yang seindah-indahnya (QS. At-Tiin:4). Saya punya cita-cita, ingin rasanya bersama-sama dengan orang senasib (yaitu buta warna) membuat suatu forum, suatu tempat untuk orang-orang seperti kita berkreasi. Gampangnya, membuka lapangan pekerjaan sendiri untuk orang buta warna. Lalu kita tunjukkan kalau orang buta warna itu spesial!

  12. Saya gagal diterima kerja di bank gara2 buta warna (parsial). Seandainya saya tidak buta warna mungkin saya sudah bekerja di bank dan bisa nabung untuk masa depan saya. Sempat saya bertanya2 pada diri saya sendiri. Sebetulnya ini salah siapa??? sedih rasanya

  13. Buta warna parsial. sebenarnya sudah lama saya mengira-ngira kekurangan ini ada di diri saya. tapi saya abaikan, bulan maret ini ada penerimaan polri. saya dites ishihara. hasilnya positif buta warna parsial, kecewa. pupuslah mimpi saya dan orang tua agar anaknya jadi polisi. tapi yasudahlah, beginilah hidup. mungkin sudah nasib saya. semangat kawan. malam ini saya down. dan saya curhat disini.

  14. Memang kalau di universitas ada yang jurusan tertentu memperbolehkan buta warna, tapi di dunia kerja kalian akan merasa bahwa dunia ini akan tertutup bagi kaum buta warna. Drpd menghabiskan wktu 3-5 tahun kuliah ngabisin duit tapi gak ada hasil lebih baik slama waktu itu kita kursus apa gitu, yah siapa tau nanti kalian bisa menjadi pengusaha dan mampu memperkerjakan teman2 buta warna lainya .

  15. saya juga gagal masuk bank gara” test buta warna 🙂 (buta warna parsial ).
    awalnya sedih sih , tapi tetep terus berdoa dan berusaha !!
    rejeki udah ada yang ngatur:)

  16. Yg namanya dokter ishihara pengen ane kasih pelajaran tuh. Gilee.. Jutaan orang pupus cita2nya gara2 si dia.. Semua lowongan yg ane temuin hampir ga ada yg ga nyantumin buta warna..

  17. sama broo…..aku ikut tes di PT lion airlines dan udah nglewatin tes akademis, psikotes dan interview dengan lancar tapi harus terhenti di tes kesehatan buta warna…pupus harapan untuk kerja di penerbangan.

  18. yang membinunkan, urusannya buta warna ( parsial ) dengan pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan warna apa yah ? apa jangan2 instansi dan perusahaan tersebut asal mencantumkan di pengumuman tanpa tau persepsi buta warna tsb yah ? ( pada bego donk yang ga buta warna kalo gitu ) #maafkasar

  19. ane buta warna parsial gan,ane tau pas umur 15 tahun masuk SMK tapi dokternya baik ngasih surat tidak buta warna dan akhirnya ane masuk,tahun lalu ane ikut diklat di STIP disana ane buta warna tapi ane bisa ikut diklat karna ada orang dalem..sekarang ane nyadar dan harus menerima kenyataan hidup,pegidap buta warna kebanyakan tidak diterima di Teknik..dan sekarang ane lagi bingung nyari2 jurusan kuliah ? ane pertama tahu buta warna ,asli ane frustasi ..tapi inilah hidup harus dijalani, tetap berikhtiar,ane yakin Allah Swt maha kuasa

  20. @mas Dwiki mas skolah pelayarn di STIP? atau hanya diklat2 biasa aja disana? saya dari skolah pelayran mass, saya juga penderita BW persial. di kampus saya nerima anak yg BW cuman harus bagian thenik. awalnya si begitu dibolehkan namun setelah kesini siniya baru tahu pass ujian negara nanti apa2 harus pakek MDC terutama tes buta warna, diklatpun sama juga butuh itu. apa lg nanti pas kerjanya. nah saya skrng udah di pertegahan semester. saya bingung mau lanjut ni kuliah pelayaran apa cari kuliah lain. sia2 kuliah 2 tahun berarti klo gitu disini. saya kecewa berat kalo tahu ujung2nya begini mending saya gk usah masuk kuliah pelayaran. saya mau tanya skrng. mas lanjut kuliah kemana? dan jurusan apa yg mas ambil? saya butuh info2 penting soal masa depan saya. sudah cukup main joki2an buat tes MDC ane maunya itu pure kemampuan ane. sudah cukup dek dekan ketika mendengar adanya tes kesahatan ane mau jadi diri ane sendiri yang begini adanya. ane gk ngerokok, ane gak minum2, ane gk narkoba, ane gak pernah pergaulan bebas, ane gak pernah aneh2. tp ane takut aja klo denger tes kesehatan terus tes buta warna. terimaksi.

  21. saya juga buta warna, padahal nilai saya di sekolah menjadi peringkat 1 terus dan sekarang saya baru lulus dari SMK jurusan listrik. teman-teman saya sudah bekerja di pertambangan dan pertamina sedangkan saya terhambat karna takut tes ishihara. pekerjaan apa yang sekiranya tidak ada tes buta warnanya ya gan ? kalo untuk jurusan perkuliahan seperti soshum itu free bwp kan ? tapi kalau untuk mendaftar kerja nantinya apakah tetep ada tes buta warnanya ? minta saran teman 😦

    • untuk ilmu2 sosial, aman bro. tp utk mendaftar kerja, masing2 perusahaan punya kebijakan sendiri2. temen saya daftar di 1 bank, ternyata ada syarat itu juga. di bank yg lain, syarat itu ga ada. saran saya, kalau mau kuliah lbh baik ga ngambil teknik. kalo sains, mending matematika atau statistika. kalo sosial, sepertinya semuanya aman.

      ayo berjuang bro.

  22. ane juga lagi bingung gan tentang masa depan ane padahal cita2 ane jadi pns muda dan berwirausaha yang sukses dan berkah, m0ga Allah SWT memberikan yg terbaik buat kita BW. Amin..

  23. ane juga buta warna, ane tau kalau buta warna pada saat mau daftar SMK jurusan otomotif dan akhirnya ane gak keterima, pas itu sempet frustasi bingung mau sekolah di mana lalu dapet informasi kalau smk Peternakan tidak menggunakan tes buta warna untuk di kota ane sampai kelas 3 ini ane masih lancar sekolah di SMk Peternakan tapi ane bingung kalau mau nerusin ke jurusan yang sama atau yang terkaitan semua persyaratannya semua menuntut untuk tidak buta warna padahal saya ingin ngambil fakultas kehutanan minta saran nya gan

  24. saya salah satu pengidap penyakit genetik Buta warna, bila di ingat masih terasa anyar difikiran saya tahun 2006 saya dinyatakan lulus SNPTN jurusan Pendidikan dokter fakultas kedokteran di salah satu universitas negri di indonesia. tahap demi tahap saya lalui untuk proses pendaftaran ulang, sampai lah saya ke tahap terakhir dimana saya harus melalukan tes kesehatan sebelum bertemu dengan dosen penasehat akademis saya. disini Allah berkata lain, saya positif buta warna parsial. sungguh sebuah kekecewaan yang teramat besar dan dalam bagi saya. bahkan saat itu juga dunia terasa berhenti dan saya sudah tidak tau lagi mau di bawa kemana ijazah SMA saya, 12 tahun saya mempersiapkan diri untuk menjadi seorang dokter tapi yang saya dapatkan tak sesuai dg yg saya ingin kan, kebetulan pada saat itu ada yg menawarkan brosur kepada untuk program ekstensi di salah satu universitas negri dan syaratnya tidak memerlukan buta warna. saat itu juga saya langsung mendaftar sementara orang tua saya pergi mengurus pemulangan biaya pendaftaran saya karena fakultas kedukteran itu. Alhamdulillah saya diterima di jurusan keguruan. selama kuliah saya aktif di kegiatan kemahasiswaan bagian fotografi, meski saya buta warna saya masih bisa merasakan bagaimana menjadi juara dalam kontes fotografi antar perguruan tinggi di daerah saya. saya akui saya seorang buta warna yg menjuarai lomba melukis warna menggunakan lensa (lomba fotografi). Saat ini saya diterima di salah satu bank swasta di negri ini, sebelum saya bekerja di t4 ini saya sudah pernah di terima di 7 perusahaan tapi saya selalu gagal di tes kesehatannya, tapi pas di perusahaan saya yg sekarang Alhamdulilah tidak ada tes buta warna. ayo sobat ku, kita perangi RASIS akan buta warna ini

  25. Saya juha buta warna. Udah tau dari dulu sih.. tapi ane tetep maksain masuk jurusan yg saya idamkan. Karena dari dulu minat saya disana. Dan alhamdullilah ada PTN yang membebaskan syarat buta warna pada jurusan tersebut. Tetapi kendala baru muncul, setelah saya lulus kuliah dan mencari kerja, sudah dua perusahaan menolak saya karena buta warna. Salah satunya bank swasta yg ckup terkenal. Sampai sekarang saya belum dapet kerja, bingung, kesel, merasa tidak berguna.. perasaan itu muncul dalam pikiran saya.. wajar bukan… tapi sekarang saya bersyukur dengan keadaan saya.. saya akan tetap selalu semangat untuk mencari kerja.. dan terimakasih kepada teman2 saya yg selalu mendukung saya.

  26. Saya selaku distributor buku ishihara sejak tahun 2008, banyak berinteraksi dengan customer kami yang rata2 penderita buta warna. Mereka kebanyakan orang2 pandai, yang sangatmudah lolos tes interview dan psikologis. Hanya karena mereka tidak bisa membedakan warna saja, mereka tidak diterima di tempat kerja. Sangat disayangkan memang.

    Semoga ada kebijakan tersendiri yang menghapuskan syarat buta warna pada pekerjaan yang relatif umum.

    Salam kenal,
    CV. Fitrah Cemerlang

  27. Saya dari kecil memang sering bingung membedakan warna, tapi kalo warna dasar sih engga. Waktu SD sampe SMP ane belum tau yg namanya Buta warna, baru tau Buta warna saat di SMA. itupun ketika ane sudah terlanjur masuk jurusan IPA n sudah kelas 3.

    Ketika itu sebuah PTN di Bogor buka jalur PMDK buat calon mahasiswanya, karena akademik ane lumayan bagus (paling jelek rengking 3, hehe). Ane nyobain daftar deh, nah karena syarat pmdk harus bikin surat kesehatan, ane bareng temen2 sekolah yg mau daftar pmdk pergi ke RSUD buat bikin surat kesehatan. Hasilnya ane divonis BUTA WARNA PARSIAL. ga jadi deh daftar pmdknya. .

    Dari situ ane bingung n minder, ane jurusan IPA mau kuliah dimana nanti, mau masuk MIPA pasti g mungkin, jurusan olahraga ane takut udah masuk tapi nanti gagal pas tes kesehatan. .

    Akhirnya ane lolos SPMB jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, sampe akhirnya ane lulus walopun harus menghabiskan 14 semester :(. Mungkin karena bukan bidang yg ane sukai juga, sering keseret-seret ane belajar disini. .

    Ditahun 2014-2015 ini ada lowongan CPNS, alhamdulillah ane lolos TKD di salah satu kabupaten, nah dua hari lagi ane tes kesehatan (Salah satu yg paling bikin ane selalu was2). Walopun sebagai guru bahasa inggris memang harusnya buta warna g mesti dipermasalahkan, tetep aja ane suka waswas..

    Semoga ane lolos tes kesehatan hari selasa nanti, . Aamiin

    sekian curhat ane

  28. saya juga buta warna parsial, sekarang kelas 3 sma, tapi saya berusaha untuk tetap optimis. Tuhan pasti telah memberikan jalan untuk kita. saya pernah mengikuti seleksi untuk salah satu sekolah penerbangan, disitu saya tidak bisa memperoleh hasil 100% dalam CB Test, namun karena kebijakan dan mempertimbangkan hal lain yang saya miliki mereka menerima saya. disitu saya berpikir kembali dan memutuskan untuk tidak mengambil undangan itu. saya takut setelah lulus ada masalah. jadi saya putuskan untuk mencari kuliah dengan jurusan yang saya inginkan. minta doanya semoga jalan ini terbaik

  29. Ane juga beberapa kali gagal di sleksi trakhir tes ishihara.. slalu gagal disitu!
    Ironisnya ane anak Kimia brow!. hahaha
    diolok2 tmen jg.. Skrg ane kerja di manufaktur puji sukur ane jd atasan trmuda di pabrik, adilnya Tuhan tuh mreka yg menghina ane skrg minta2 kerjaan sm ane.. Ane cm nyengir ajeh..
    kalo gue aja yg BW bisa dapet segini, harusnya loe yang normal bisa lebih dari ap yg gw dapet sekarang..
    Sumpah!! ane ga pernah nyesel lahir dgn keadaan BW gini, yg ane sayangin knapa ane ga sadar sama klemahan ini sedari dulu.. Keasikan maen! wkwkwkwk..

  30. ane jg bw parsial gan ,ane kls 3 sma mau lulus, ane baru tau apakah penderita bw sesulit itu mncari pekerjaan nantinya?? ane berencana masuk teknik sipil, kuliahnya sih buat bw parsial dibolehkan ,tp kerjanya nnt apa sesulit yg dibicarakan agan2 ini, mohon saran, ane mau ikut sbmptn nih

    • ada bbrp perusahaan/instansi yg bikin syarat kaya gtu. mngkin mereka pikir org kaya qta ini bener2 ga bisa ngebedain warna. tp ada jg perusahaan/instansi yg ga seribet itu. coba agan cari senior yg udh kerja dimana gtu, terus tanya deh ada syarat bebas bw apa ga…

  31. wah mksh gan, klo agan sndr krja dmn? dlu kuliah ambil jurusan apa? apa penderita bw akan sulit bersaing kerja jika kuliah di jurusan teknik ya, apa cm peluangnya di guru, pns atau semacamnya? ane mohon saran supaya gk salah langkah gan

  32. dear temans,
    jangan pernah putus asa ya…sy jg senasib dg kalian. penderita buta warna parsial.
    baru tahu BW stlh gagal tes AKMIL.hadeuh rasanya……sedih bgt…
    akhirnya kuliah ambil Teknik Informatika. Alhamdulillah, sblm lulus sdh kerja. dan Alhamdulillah ga pernah merasakan menganggur. sekarang ane sdh bekerja di perusahaan ke 2. intinya tetap semangat berkreasi dan berdoa.

  33. numpang tanya gan, kira2 fakultas yang diperbolehkan untuk orang yang seperti kita apa aja gan???
    mohon balasan nya gan bagi yang tau…. 😦 saya sekarang kelas 3 jurusan IPA…

  34. saya terdaftar di universitas negeri. wkt tes buta warna saya mengaku persial dengan dokternya tapi tetap aja lulus.

  35. Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh..

    Mau sharing (curhat colongan tepatnya) nih kawan2.. Saya penderita BW parsial, pertama kali saya tau pd saat akan masuk jenjang kuliah.. Saya sendiri lulusan teknik UGM, pada saat itu saya tes buta warna di satu kantor polsek di daerah Solo Jateng, dan saya harus mengemis (dan membayar) untuk dibuatkan surat bebas buta warna (Ingat sekali waktu itu Polisi yang memeriksa benar-benar menertawakan saya, disaat saya baru sadar kalau saya BW parsial)..
    Sekarang saya bekerja di salah satu perusahaan asing di bidang instrumentasi pengeboran minyak (nyasar banget dari jurusan kuliah, hahaha..) sebagai engineer yang kebanyakan berkutat dengan kabel warna warni, dan harus memasang / commisioning alat di rig onshore maupun offshore.. Sejauh ini dengan izin dan bantuan Allah, Alhamdulillah segala tantangan dalam pekerjaan dapat saya hadapi, tapi memang pada kasus tertentu ada saat dimana saya kesulitan menyimpulkan warna untuk kabel tsb (sangat bahaya sebenarnya), terutama varian warna merah dan varian warna hijau. Tetapi yg ingin saya tekankan adalah, penderita BW Parsial masih bisa membedakan warna umum, karena tidak pernah saya temukan selama pengalaman saya bekerja, kondisi dimana semua warna BERCAMPUR menjadi satu, spt dalam tes Ishihara. Dan kondisi ini dapat kita akali (seperti kebanyakan orang Indonesia yang sangat pinter ngakalin sesuatu) dalam kasus saya, saya selalu mencatat dan mengingat warna yg sulit saya hafalkan, dan selalu memberi tanda utk warna tsb.

    Intinya adalah “Man Jadda WaJada” Barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil

    1. Be Strong, jadilah tetap kuat dan jangan pernah patah semangat
    2. Be Brave, beranikanlah selalu diri kita untuk menghadapi tantangan dalam hidup dengan kepala tegak!
    3. Be Smart, bertindaklah dan berfikirlah cerdas karena pasti selalu ada alternatif pada setiap kondisi

    Dan yang pasti selalu taat beribadah, Wajib dan Sunnah, berdoa, meminta lindungan, pertolongan, petunjuk, hidayah dari Allah Yang Maha Kuasa. Karena kalau kita beriman, buat apa kita takut dan khawatir? Permintaan kita langsung kok ke Yang Maha Pencipta, bukan ke Divisi HRD/SDM perusahaan yang menolak kita, bukan juga si Dokter Ishihara hahahaha..

    Selalu percaya bahwa ada hikmah dibalik apa yang Allah berikan kepada kita.

    Maaf jd curhat, makasih buat Mas teguh yg sudah buat blog ini, saya jadi merasa punya saudara seperjuangan hehehe..

    Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

  36. Hi rekan2 seperjuangan yang buta warna, saya pun mengetahui buta warna saat pertama kali daftar kuliah, namun alhamd akhirnya bisa sampai lulus dan kerja sbg PNS smpe dengan skrng ini, mungkin saya lolos karena disiplin ilmu saya adalah akuntansi.

    Nah sekarang saya sdng dalam proses mendaftar S2 Luar Negeri, namun dalam salah satu blanko nya terdapat keterangan dr dokter terkait colour recognizion, memang sih tidak menyebutkan apakah bakal lolos atau tidak namun yg jelas bagian tersebut harus diisi. Ya semoga hal tersebut bukan menjadi masalah mengingat program yang saya ambil adalah terkait kebijakan pajak dan manajemen.

    doakan saya fren, saya doakan kalian juga 😀

  37. Saya mau nanya dong, adakah yang tau persyaratan buta warna itu dibuat oleh pemerintah atau tidak ya? Saya org yang buta warna, jd inget dulu gagal di IPDN gara gara buta warna dan org tua disuruh bayar hanya untuk meloloskan buta warna saja haha. Kadang saya bingung apa sih hubungannya kita buta warna dengan kita mau masuk ipdn toh jika lulus kita akan menjadi abdi negara. Saya yakin gada hubungannya sama sekali, tidak ada hubungannya menjadi abdi negara kalo kita buta warna. Atau teman teman disini ada yang bisa menjelaskan kenapa kita mau daftar di sekolah kedinasan seperti ipdn dll mesti melakukan tes buta warna? Apakah ada hubungannya apabila kita diterima dan menjadi pns dengan buta warna apakah pekerjaan seorang pns itu nantinya akan membedakan warna warna haha. What a joke!! Persyaratan yang terlalu mengada ada, menurut saya ini sebuah diskriminasi buat kita yg buta warna. Kita ga bisa daftar bumn dimana saja karena mengharuskan tes buta warna, apakah bisa ya tes buta warna ini dihilangkan untuk pendaftaran seperti di bumn dll. Kalo seperti dokter, pilot dll saya paham dan mengerti mereka memang tidak diperbolehkan buta warna. Menurut saya dengan persyaratan yang terlalu mengada ada ini juga sangat mematikan karir kita yang buta warna, skrg pilihan pekerjaan hanya pns, guru, dosen dll. Orang yang buta warna saya yakin juga pasti banyak yang bisa kerja kok buta warna bukan berarti orang itu tidak lebih baik dari yang tidak buta warna

    • setahu saya tidak ada aturan resminya. yg bikin syarat gitu jg ga paham bener buta warna itu apa. pdhl ada buta warna parsial, ada buta warna total. dikiranya mereka buta warna itu ya buta warna total yg ga bisa bedain warna.

  38. Gan sya bw dan msih kls3 smk penerbangn sya mungkin tidk bisa mnjadi seorang penrbang dan mungkin tdk bisa kerja di maskapai atau jadi teknisi pswt krna bw tpi sya akn mencoba jdi seorang penerbang , doa kn sya semogA sukses, sya puny impian untk mempekerjkn para pengidap bw, agr nsibny bisa jauh lrbih baik dan sya akn coba menghilngkan bw pda diri sya dgn latihan menghafal buku bw yg terkutuk itu.

  39. 5 tahun yang lalu merupakan tahun dimana saya lolos snmptn di wilayah sumatera dengan jurusan teknik kimia (cita-cita banget). Singkat cerita sewaktu tes kesehatan di klinik universitas, saya mengalami 2 dari 10 halaman tes ishihara. Sampai suater nya bilang “masa ga bisa sih dek, ayo lihat bener-bener..”, aku balas “beneran mbak gak bisa ini udh di lihat berkali-kali”. Lalu saat pengunguman tes kesehatan saya dinyatakan parsial buta warna, dengan vonis gak bisa kerja di pabrik atau di lab. “Saran saya cocoknya nanti kerja kamu di bidang keguruan atau dosen saja”. Pulang ke rumah, down, nyampe rumah meriang kepikiran terus. Akhirnya saya lulus dgn predikat sangat memuaskan (lulusan baru sebulan yg lalu). saya tahu akan kelemahan saya, dan banyak syarat industri dan perusahaan yg mencegah beberapa kaum penyandang buta warna parsial utk masuk ke ranah industri, dan yg berkaitan scr spesifik tanpa mempertimbangkan kandidat ‘juara’. Namun saya tetap beranikan diri utk terus dan terus melamar (sambil kerja sampingan) ke semua pekerjaan baik oil and gas, perkebunan, retail dll. Ingat saja akan ada waktu kita ditempatkan pd rejeki yg Tuhan persiapkan. Jangan lelah mencoba dan beranikan bahwa diri kita memang beda dan berkompeten dlm bidangnya masing”. Semoga saya dengan segera dihantarkan pada kehendakNya suatu saat nanti. Berjuang kawan, tetap menginspirasi ya!

  40. Salam kenal Mas, saya juga penderita buta warna parsial dan baru sadar pas saya melamar kerja. Impian terbesar dulu setelah lulus kuliah adalah kerja di Kapal Pesiar dan Cabin Crew Airlines. Kedua-duanya pernah saya lulus semua tahapan wawancara hingga tahapan akhir medical check up yang memupuskan semua cita-cita saya. Awalnya terasa dunia begitu tidak adil, buta warna parsial saya adalah keturunan yang notabene bukan maunya kita juga. Awalnya saya menyangkal alasan ini saya tidak diterima kerja sebagai kru kabin salah satu Maskapai bintang 5 dari Timur-tengah dan Cruise Line dari Amerika. Akhirnya, saya menyadari kalau memang buta warna parsial memang tidak mengurangi kompetensi saya bekerja kalaupun saya diterima, namun mungkin akan sangat mempengaruhi ketika dalam keadaan darurat yang ada sandi-sandi lampu dalam ilmu pelayaran yang cukup menantang untuk ditangkap sama penderita buta warna parsial seperti saya.

    Memang awalnya sangat tidak terima dengan keadaan ini, namun hidup harus tetap berjalan, tidak selamanya jalan hidup itu lurus, pasti ada jalan keluarnya. Walaupun saya menghabiskan waktu dua bulan terbuang untuk proses rekruitment yang telah menyingkirkan banyak kandidat yang berujung tersingkir hanya buta warna. Akhirnya setelah menyadari kemungkinan-kemungkinan terburuk dalam keselamatan kerjaan impian saya, saya mendapatkan alternatif bekerja di darat sebagai hotelier yang masih satu jalur dalam impian saya bekerja dalam dunia hospitality dan puji Tuhan diterima salah satu hotel bintang 5 di Jakarta Pusat dan sampai saat ini saya masih bekerja sebagai Hotelier. Memang ada beberapa kerjaan di hotel yang sangat riskan menerima penderita buta warna atau buta warna parsial seperti bagian enginerring yang akan berakibat fatal memotong kabel dengan warna-warna kabel yang saling berdempetan.

    Semua pasti ada jalan keluarnya Kawan. Good Luck.

  41. Hallo mas salam kenal, saya mau sharing sedikit saya cewek tapi saya buta warna parsial karena keturunan, kakak laki2 saya juga buta warna, saya taunya juga saat SMA ,kuliahpun saya tidak diterima di jurusan matematika karena waktu tes mata positif buta warna, dan akhirnya pindah ke jurusan sejarah,waktu cari kerja step by stepnya lolos,tetapi pas medical chek up gagal,karena saya ngelamar di instasi pemerintahan yang saat itu sedang disoroti akhirnya saya masuk koran karena satu2nya yang gagal karena buta warna dan anehnya saya cewek, sekarang saya lagi order kacamata buta warna parsial tapi belum sampai, doain ya mas semoga bisa membantu saya dalam melihat ishihara 🙂

  42. Maaf bagi yang membutuhkan kacamata buta warna khusus merah hijau saya punya satu,terbukti bisa melihat ishihara ya karena saya juga penderita BW merah hijau, dan saya bonusi tes ishihara 24 plate dan 38 plate kontak saya 081937778448

  43. Saya juga penderita buta warna parsial, betul sekali semua perusahaan skr pakai gitu test buta warna, berhubung saya dari SMA punya keahlian sulap saya skr jadi pesulap dan kadang juga sulap badut.. Semangat 🙂

  44. Saya juga penderita buta warna parsial, betul sekali semua perusahaan skr pakai gitu test buta warna, berhubung saya dari SMA punya keahlian sulap saya skr jadi pesulap dan kadang juga badut.. Semangat 🙂

  45. Buta warna bisa masuk Politeknik Keuangan Negara kok,, Waktu tes kebugaran jangan malu bilang buta warna langsung dilewati bagian membaca bulatan2 itu yang penting jujur. Waktu kuliah ternyata teman seperti saya juga banyak hehehe (bukan bea cukai)

  46. kalau boleh tau mas Teguh menjadi PNS di Instansi apa? dan Instansi Pemerintahan apa saja yang tidak mensyaratkan tidak buta warna?. btw saya adalah pengidap BW Parsial yang sedang kuliah jurusan Pertanian di salah satu PTN di Jawa Timur

Tinggalkan Balasan ke escarts Batalkan balasan